Pilih Batik Astrak atau Kontemporer ??


KITA mengenal batik Solo, Yogyakarta, Pekalongan, Cirebon, dan Garut. Bagaimana dengan batik Bandung? Dibanding para sepupunya yang bergaya klasik, batik Bandung justru tampil kontemporer dengan gaya abstrak yang dicipta lewat puisi.

Pencipta Batik Bandung tersebut adalah Tetet Cahyati Popo Iskandar, putri dari mendiang seniman dan maestro lukis kenamaan RH Popo Iskandar. Darah seni sang ayah rupanya mengalir kental di nadi Tetet Cahyati. Tidak hanya berkutat di seni lukis, justru pencetus batik abstrak kontemporer ini merupakan seniman multimedia yang secara bertahap mencipta batik dari larik puisi yang kemudian diterjemahkan ke dalam lukisan, lalu dicetak menjadi motif batik di atas sutra. Jenis batik baru yang kemudian dikenal sebagai batik Bandung khas kota kembang.

Aom Kusman, presenter yang dulu terkenal dengan kuis ”Siapa Dia”, juga mengapresiasi batik Bandung besutan Tetet Popo Iskandar. ”Ini adalah langkah yang bagus dengan inovasi dari Ibu Tetet, batik akan menjadi lebih disukai anak muda. Mereka yang tidak menyukai batik klasik bisa memilih batik abstrak kontemporer ini,” komentarnya, yang mengharapkan batik Bandung bisa berkembang layaknya batik Garut dan Cirebon.

Tidak jauh berbeda, istri Wali Kota Bandung, Nani Dada Rosada, pun punya pendapat serupa. ”Saya berharap dengan lebih banyak acara seperti ini, batik Bandung bisa lebih banyak dikenal masyarakat, terutama dengan adanya sentra batik Bandung di Cigadung walaupun kini masih dalam proses pembangunan,” sebutnya. ”Dengan begitu, saya harap Bandung tidak hanya akan terkenal sebagai kota wisata belanja atau wisata kuliner, tapi juga kota batik,” sambungnya.

Batik kreasi Tetet memang berbeda dengan batik yang biasa ditemui. Tidak ada motif bunga, burung, atau ragam hias klasik seperti parang dan kawung yang sarat makna, melainkan berupa gambar abstrak dengan sapuan garis geometris berwarna cerah. Batik abstrak kontemporer karya Tetet tampil ekspresif, bebas, bahkan polos, yang menjadi bentuk murni ungkapan jiwanya.

”Inspirasinya dari puisi saya sendiri yang kemudian menjadi lukisan dan saya tuangkan ke dalam lukisan batik di atas sutra,” kata wanita yang memiliki gelar doktor di bidang ekonomi ini.

Melihat koleksi batik yang dihadirkan wanita yang akrab disapa Ceu Tetet ini, rasanya seperti melihat goresan polos anak-anak, jujur dan ceria. Namun, satu hal yang terlihat jelas, kekuatan batik abstrak kontemporer milik Tetet Popo Iskandar ini terletak pada warna dan coraknya yang menampilkan ciri khasnya. Karena itu ketika melihatnya, karya itu akan langsung dapat dikenali. Maka dari itu, tidak salah jika Tetet menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai Seniwati Multimedia terhadap Satu Tema.

Batik abstrak kontemporer besutan Tetet memang unik. Bagaimana tidak, kendati baru menggeluti seni batik abstrak kontemporer ini sejak 2007 lalu, batik kreasi Tetet belum ada yang menyamai.
Batik abstrak di atas kain sutra halus itu merupakan gebrakan seni lukis dan batik di Indonesia. Bahkan, ia sudah menggelar tiga kali
fashion show batik karyanya yakni di Jakarta, Hong Kong, dan terakhir di Bandung. Bisa dikatakan, batik karya Tetet adalah jenis seni batik baru yang membuktikan bahwa batik pun bisa mengikuti perubahan zaman.

Mungkin terlihat tidak relevan, menyatukan puisi, lukisan, dan batik sekaligus. Namun, bagi Tetet, ketiganya tidak bisa dipisahkan.
Batik abstrak Tetet tercipta melalui beberapa dimensi media dan serangkaian aktivitas yang bertautan. Inspirasi awalnya tercurah lewat puisi, kemudian tertuang dalam kolaborasi warna lukisan dan terakhir dibuat dalam sebuah batik abstrak. Seperti puisi ”Cahaya Jiwa” yang kemudian dituangkan ke dalam lukisan dengan judul sama, selanjutnya lukisan itu menjadi motif ”cetak” bagi batik abstrak di atas kain sutra halus.

Saat ditanya mengenai ciri khas batik abstrak kontemporer buatannya, Tetet mengatakan bahwa koleksinya kebanyakan berwarna cerah dengan motif geometris yang merupakan replika lukisannya. ”Untuk motifnya memang lepas dari pakem batik tradisional dan lebih abstrak, tapi teknik membatiknya tetap sama,” sebutnya.

Batik karya Tetet memang lepas dari pakem batik klasik. Namun, saat dituangkan menjadi bentuk busana, koleksinya justru tampil sederhana, nyaris tanpa
embellishment. Di hadapan Wali Kota Bandung Dada Rosada beserta istri dan segenap jajaran pegawai Pemerintah Kota Bandung, Tetet menghadirkan koleksi busana bergaris simpel. Tunik panjang berpadu legging, gaun sebatas lutut, ataupun terusan yang dihiasi detail obi. Kendatipun terbilang simpel, koleksi Tetet cukup menarik perhatian karena motif dan warna batiknya yang begitu menonjol.

Cutting-nya memang sengaja dibuat sederhana karena saya ingin menonjolkan motif batiknya,” cetus Tetet, yang mengatakan dalam waktu dekat, dirinya bersama-sama dengan Kementerian Pariwisata berencana untuk berangkat ke Yunani dan Republik Ceko guna memamerkan koleksi kain batik abstrak kontemporer miliknya. ”Saya saat ini tengah menyiapkan sekitar 50 koleksi untuk dibawa ke Yunani dan Ceko pada bulan Juni,” ucapnya.

Bukan hanya menyiapkan koleksi batik baru untuk diperkenalkan di panggung internasional, Tetet juga mengembangkan lini batiknya dengan menghadirkan lini koleksi tas dan sepatu bermaterialkan batik abstrak kontemporer. ”Kalau untuk sepatu dan tas, desainnya dibuat oleh putri saya, Ilma Puspanusa,” katanya.


Bookmark and Share

0 Response to "Pilih Batik Astrak atau Kontemporer ??"

Posting Komentar